Kamis, 11 Maret 2010

Doa Seorang Ayah Jenderal Douglas Mac Arthur

Douglas Mac Arthur adalah seorang jenderal yang sangat ternama dimasa perang dunia kedua. Disamping seorang pemimpin yang sangat disegani baik oleh kawan maupun lawan, beliau adalah seorang bapak yang sangat baik dalam mendidik anaknya. Sampai sampai ditengah kesibukannya beliau masih sempat menulis puisi yang merupakan doa dan harapannya pada si anak.

Puisi tersebut dipersembahakn bagi putra tercintanya Arthur yang pada saat itu baru berusia 14 tahun. Tercermin sebuah harapan besar seorang ayah kepada anaknya. Puisi tersebut diberinya judul “Doa untuk Putraku”. Bagi yang belum pernah membacanya, berikut isi puisi tersebut:

Doa untuk Putraku


Tuhanku…

Bentuklah puteraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui kelemahannya.
Dan, berani menghadapi dirinya sendiri saat dalam ketakutan.
Manusia yang bangga dan tabah dalam kekalahan.
Tetap Jujur dan rendah hati dalam kemenangan.

Bentuklah puteraku menjadi manusia yang berhasrat mewujudkan cita-citanya
dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja.
Seorang Putera yang sadar bahwa
mengenal Engkau dan dirinya sendiri adalah landasan segala ilmu pengetahuan.



Tuhanku…

Aku mohon, janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak.
Namun, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan.

Biarkan puteraku belajar untuk tetap berdiri di tengah badai dan senantiasa belajar
untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya.

Ajarilah dia berhati tulus dan bercita-cita tinggi,
sanggup memimpin dirinya sendiri,
sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain.

Berikanlah hamba seorang putra
yang mengerti makna tawa ceria
tanpa melupakan makna tangis duka.

Putera yang berhasrat
Untuk menggapai masa depan yang cerah
namun tak pernah melupakan masa lampau.

Dan, setelah semua menjadi miliknya…
Berikan dia cukup Kejenakaan
sehingga ia dapat bersikap sungguh-sungguh
namun tetap mampu menikmati hidupnya.




Tuhanku…

Berilah ia kerendahan hati…
Agar ia ingat akan kesederhanaan dan keagungan yang hakiki…
Pada sumber kearifan, kelemahlembutan, dan kekuatan yang sempurna…
Dan, pada akhirnya bila semua itu terwujud,
hamba, ayahnya, dengan berani berkata “hidupku tidaklah sia-sia”



Puisi itu merupakan cerminan seorang ayah, sebagai seorang pemimpin keluarga, yang mengharapkan anaknya kelak mampu menjadi manusia yang ber-Tuhan sekaligus mampu menjadi manusia yang tegar, tidak cengeng, tidak manja, dan bertanggung jawab atas Kehidupannya sendiri.


Penggalan puisi yg berbunyi: “Janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan.” Puisi ini menunjukkan bahwa sang jenderal sadar tidak ada jalan yang rata untuk kehidupan sukses yang berkualitas, samakah dengan cara kita saat ini dalam mendidik anak?

Seperti besi yang tertempa, semakin keras tempaan akan semakin jadi besi mustika. Bilamana anda lunak dalam mendidik anak, maka kehidupan diluar akan keras menerpa si anak. Tetapi bila anda keras berdisiplin mendidik si anak, maka kerasnya kehidupan diluar adalah tak begitu berarti bagi si anak karena dia sudah terbiasa menjalaninya.

Untuk itu, janganlah berkompromi atau lunak pada sikap kita yang destruktif, merusak, dan cenderung melemahkan. Senantiasa tanamkan bagaimana belajar bersikap tegas dan keras dalam membangun karakter yang konstruktif, membangun, demi menciptakan kehidupan sukses yang gemilang, hidup penuh kebahagiaan bagi generasi kita!!

Submitted by Michael B. Pamarta on Nov 4, 2009 – 3:15 am

Selengkapnya...

blogger templates | Make Money Online