The greatest threat to the equilibrium of the environment comes from the way the economy is organized... ever increasing growth and accumulation (Ravaioli, 1995: 4)
1. Jika hutan kita menjadi gundul atau terbakar, sehingga lingkungan hidup kita rusak, siapa biang keladinya? Penduduk miskin di hutan-hutan dan sekitar hutan menebang hutan negara untuk memperoleh penghasilan untuk makan. Tetapi kayu-kayu yang diperolehnya ditampung calo-calo untuk dijual, dan kemudian dijual lagi untuk ekspor, yang semuanya “demi keuntungan”. Siapa yang paling bersalah dalam proses perusakan lingkungan ini? Yang jelas tidak adil adalah kalau yang disalahkan hanya orang-orang miskin saja, sedangkan orang-orang kaya adalah “pahlawan pembangunan”.
2. Apabila dikatakan penduduk miskin terbiasa ... “membuang kotoran manusia secara sembarangan yang akan berakibat pada terjangkitnya diare ...” atau “penduduk miskin hanya menekankan pada upaya pemenuhan kebutuhan dasar untuk bertahan hidup, dan mereka cenderung mengabaikan pemeliharaan lingkungan sekitar”, kiranya pernyataan ini juga tidak adil. Pemenuhan kebutuhan pokok penduduk miskin bukan masalah “hanya”, tetapi “mutlak” harus dipenuhi untuk hidup. Penduduk miskin tidak memperhatikan lingkungan hidup sekitarnya bukanlah karena mereka tidak peduli, tetapi karena mereka melakukannya dengan terpaksa.
3. Agar adil kita harus mengakui bahwa kerusakan lingkungan khususnya hutan, disebabkan para pemodal yang haus keuntungan, “memesan” kayu dalam jumlah besar sebagai bahan baku industri yang memang permintaannya sangat besar pula. Akumulasi keuntungan dan kekayaan yang tidak mengenal batas harus dianggap sebagai penyebab utama kerusakan/pengrusakan hutan, bukan karena orang-orang miskin banyak yang merusak hutan. Maka untuk menjamin terjadinya pembangunan yang berkelanjutan kita harus menghentikan keserakahan orang-orang kaya. Adalah sangat keliru ilmu ekonomi justru memuja “keserakahan”.
4. Perkembangan pedagang kaki lima (PKL) yang tumbuh menjamur dimana-mana, yang dianggap merusak lingkungan karena mengotori jalan dan mengganggu ketertiban, juga tidak mungkin ditimpakan kesalahannya pada PKL karena pekerjaan itulah satu-satunya “mata pencaharian” yang dapat dilakukan dalam kondisi kepepet. Ia menggunakan modal sendiri dengan resiko usaha ditanggung sendiri, tidak ada subsidi apapun dar pemerintah, dan memang ada pembeli terhadap barang/jasa yang ditawarkannya. Jadi dalam hal ini lingkungan yang rusak harus diselamatkan melalui upaya-upaya “pencegahan” munculnya PKL, bukan dengan “menggusurnya” setelah berkembang. PKL bukan “masalah” tetapi ”pemecahan” masalah kemiskinan.
5. Kesimpulan kita, pendekatan terhadap masalah “pengurangan kemiskinan dan pengelolaan lingkungan” atau sebaliknya terhadap “pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan dan strategi penanggulangan kemiskinan” selama ini kiranya salah dan tidak adil, karena melihat kemiskinan sebagai fakta tanpa mempelajari sumber-sumber dan sebab-sebab kemiskinan itu. Akan lebih baik dan lebih adil jika para peneliti memberi perhatian lebih besar pada sistem ekonomi yang bersifat “serakah” dalam eksploitasi SDA, yaitu sistem ekonomi kapitalis liberal yang berkembang di Barat, dan merajalela sejak jaman penjajahan sampai era globalisasi masa kini. Sistem ekonomi yang tepat bagi Indonesia adalah sistem ekonomi pasar yang populis dan mengacu pada ideologi Pancasila dengan lima cirinya sebagai berikut:
(1) Roda kegiatan ekonomi bangsa digerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial, dan moral;
(2) Ada kehendak kuat warga masyarakat untuk mewujudkan kemerataan sosial yaitu tidak membiarkan terjadinya dan berkembangnya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial;
(3) Semangat nasionalisme ekonomi; dalam era globalisasi makin jelas adanya urgensi terwujudnya perekonomian nasional yang kuat, tangguh, dan mandiri;
(4) Demokrasi Ekonomi berdasar kerakyatan dan kekeluargaan; koperasi dan usaha-usaha kooperatif menjiwai perilaku ekonomi perorangan dan masyarakat;
(5) Keseimbangan yang harmonis, efisien, dan adil, antara perencanaan nasional dengan desentralisasi ekonomi dan otonomi yang luas, bebas, dan bertanggung jawab, menuju pewujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Oleh: Prof. Dr. Mubyarto -- Guru Besar Fakultas Ekonomi UGM, Kepala Pusat Studi Ekonomi Pancasila (PUSTEP) UGM.
Kamis, 29 Oktober 2009
SIAPA LEBIH MERUSAK LINGKUNGAN: ORANG MISKIN ATAU ORANG KAYA?
Diposting oleh dynkus di 18.34 0 komentar
Label: Artikel
Kamis, 22 Oktober 2009
Obrolan Rick Warren
IN HIS MERCY & GRACE,
Apa yang kita lakukan untuk diri kita sendiri, akan mati bersama kita;
Apa yang kita lakukan untuk orang lain dan dunia tetap akan kekal dan abadi.
Oleh: Albert Pines
Anda akan menikmati pandangan baru yang Rick Warren miliki, bersama istrinya sekarang menderita kanker dan dia memiliki 'kekayaan' dari penjualan buku. Ini adalah benar-benar wawancara singkat yang luar biasa dengan Rick Warren, 'Purpose Driven Life "penulis dan pendeta dari Gereja Saddleback di California.
Dalam wawancara oleh Paul Bradshaw dengan Rick Warren, Rick berkata:
Orang-orang bertanya kepada saya, Apa tujuan hidup?
Dan aku menjawab: Secara ringkas, hidup adalah persiapan untuk kekekalan. Kami tidak dibuat untuk bertahan selamanya, dan Tuhan menginginkan kita untuk berada bersama-Nya di Surga.
Suatu hari jantung saya akan berhenti, dan itu akan menjadi akhir dari tubuh saya - namun bukan akhir dari saya.
Saya mungkin hidup 60 sampai 100 tahun di bumi, tetapi saya akan menghabiskan triliunan tahun di kekekalan. Ini adalah tindakan pemanasan - gaun latihan. Tuhan ingin kita melatih di dunia apa yang akan kita lakukan selamanya dalam kekekalan ..
Kita diciptakan oleh Allah dan untuk Allah, dan sampai Anda mencari tahu, hidup tidak akan masuk akal ..
Hidup adalah serangkaian masalah: Entah Anda berada di salah satunya sekarang, Anda baru saja keluar dari satu masalah, atau Anda sudah bersiap-siap untuk pergi ke satu masalah lagi.
Alasan untuk inilah menjadikan Tuhan lebih tertarik pada karakter Anda daripada kenyamanan Anda; Tuhan lebih tertarik untuk membuat hidup Anda kudus adalah dalam membuat hidup Anda bahagia.
Kita bisa cukup senang di sini di bumi, tapi itu bukan tujuan hidup. Tujuannya adalah untuk bertumbuh dalam karakter, dan keserupaan dengan Kristus.
Tahun terakhir ini telah menjadi tahun terbesar dalam hidup saya, tetapi juga yang paling sulit, dengan istri saya, Kay, terkena kanker.
Aku selalu berpikir bahwa hidup adalah bukit dan lembah - Anda melalui waktu yang gelap, maka Anda pergi ke puncak gunung, bolak-balik. Aku tidak percaya itu lagi.
Daripada kehidupan yang bukit-bukit dan lembah, saya percaya bahwa semacam itu seperti dua rel di atas jalur kereta api, dan setiap saat Anda memiliki sesuatu yang baik dan sesuatu yang buruk dalam hidup Anda.
Tidak peduli seberapa baik hal dalam hidup Anda, selalu ada sesuatu yang buruk yang harus bekerja.
Dan tidak peduli bagaimana hal-hal buruk dalam hidup Anda, selalu ada sesuatu yang baik bagi Anda untuk bersyukur kepada Allah
Anda dapat fokus pada tujuan Anda, atau Anda dapat fokus pada masalah:
Jika Anda berfokus pada masalah Anda, Anda akan menjadi mementingkan diri sendiri, yang adalah masalah saya, masalah saya, saya sakit. " Tapi salah satu cara yang paling mudah untuk menyingkirkan rasa sakit adalah untuk mendapatkan fokus Anda dari diri Anda sendiri kepada Tuhan serta orang lain.
Kami menemukan dengan cepat bahwa meskipun doa-doa ratusan ribu orang, Tuhan tidak akan menyembuhkan Kay atau membuatnya mudah baginya-Sudah sangat sulit baginya, namun Tuhan telah memperkuat karakternya, memberinya pelayanan membantu orang lain, memberinya sebuah kesaksian, menarik dia lebih dekat kepada-Nya dan kepada orang-orang.
Anda harus belajar untuk berurusan dengan baik dan buruknya kehidupan.
Sebenarnya, kadang-kadang belajar berurusan dengan yang baik itu lebih sulit. Misalnya, tahun terakhir ini, tiba-tiba, ketika buku terjual 15 juta kopi, itu membuat saya langsung sangat kaya.
Itu juga membawa banyak ketenaran yang belum pernah saya alami yang harus berurusan dengan sebelumnya. Saya tidak berpikir Tuhan memberi anda uang atau ketenaran untuk ego Anda sendiri atau bagi Anda untuk menjalani kehidupan yang mudah.
Jadi saya mulai bertanya kepada Allah apa yang Dia ingin saya lakukan dengan uang, ketenaran dan pengaruh. Dia memberi saya dua bagian yang berbeda yang membantu saya memutuskan apa yang harus saya lakukan, (II Korintus 9 dan Mazmur 72).
Pertama, terlepas dari semua uang masuk, kami tidak akan mengubah gaya hidup kita sedikit pun .. Kami tidak membuat pembelian besar.
Kedua, sekitar pertengahan tahun lalu, saya berhenti mengambil gaji dari gereja.
Ketiga, kami mendirikan yayasan untuk mendanai sebuah inisiatif yang kami sebut The Peace Plan untuk menanam gereja, memperlengkapi pemimpin, membantu orang miskin, merawat orang sakit, dan mendidik generasi berikutnya.
Keempat, saya menjumlahkan semua yang gereja telah membayar saya dalam 24 tahun sejak saya memulai gereja, dan aku memberikannya semua kembali. Itu membebaskan untuk bisa melayani Tuhan secara gratis.
Kita perlu bertanya kepada diri sendiri: Apakah saya akan hidup untuk harta? Popularitas?
Apakah saya akan digerakkan oleh tekanan? Bersalah? Kepahitan? Materialisme? Atau aku akan digerakkan oleh tujuan Tuhan (bagi hidup saya)?
Ketika aku bangun di pagi hari, aku duduk di sisi tempat tidur saya dan berkata, Tuhan, jika saya tidak mendapatkan apa-apa lagi yang saya lakukan hari ini, saya ingin tahu Apakah saya akan lebih banyak dan mengasihi Engkau lebih baik .. Allah tidak menempatkan saya di bumi hanya untuk memenuhi to-do list. Dia lebih tertarik pada laku saya daripada apa yang saya lakukan.
Itu sebabnya kita disebut manusia, bukan human doing.
Saat bahagia, PUJILAH ALLAH.
Saat sulit, MENCARI ALLAH.
Quiet moments, WORSHIP GOD.
Painful moments, TRUST GOD.
Setiap saat, THANK GOD ..
Kerjakan bagian kita dengan rasa takut akan Dia, dan biarlah Kehendak Dia yang terjadi bagi kita karena semuanya baik!
Tuhan Memberkati
Diposting oleh dynkus di 20.36 0 komentar
Label: Realita
Rabu, 21 Oktober 2009
Peringatan Bagi Pemilik Kartu Kredit
Temen2, hati2 untuk apply credit card...
Teman saya baru kena tipu lho.
Begini ceritanya :
Ada orang yang nelpon ke handphone untuk menawarkan aplikasi credit card (kebetulan dia mengaku dari tim marketing credit card BNI).
Setelah mendapatkan informasi alamat rumah dll, mereka datang ke rumah dengan alasan untuk mendapatkan tandatangan.
Sewaktu kedatangan, mereka meminta untuk mengisi formulir credit card yang asli.
Disertai fotokopi KTP dan credit card lainnya, mereka pun pulang.
Ternyata beberapa waktu kemudian (sekitar 1mingguan), petugas kredit card Mandiri (kebetulan saya memberikan fotokopi Mandiri dan Citibank) menelpon untuk mengkonfirmasikan aplikasi saya untuk transfer dana untuk kredit tanpa agunan. Mereka membuka rekening di Bank Bumiputra atas nama saya. Untung saja bank mandiri menelpon saya.
Transfer pun dibatalkan.
Saya pikir semua udah aman, tapi ternyata baru saja saya menerima sms dari citibank bahwa proses perubahan nomor hp saya disetujui. Saya pun kaget, padahal saya gak pernah merubah data saya di citibank. Langsung saya telp citibank dan ternyata memang benar mereka telah merubah nomor hp saya.
Ternyata mereka telah belajar dari kesalahan di bank mandiri. Terlebih dahulu mereka merubah nomor hp saya, trus mereka melakukan transaksi lainnya.
Mereka telah melakukan pembelian 2x voucher simpati dan meng-apply kredit tanpa agunan sebesar 30juta rupiah!!! Gak tau apakah dananya sudah ditransfer atau belum, tapi citibank akan melakukan investigasi.
Credit card saya langsung diblokir.
Wah... ini sungguh cara penipuan yang canggih. Temen2 kudu lebih hati2, jangan pernah apply credit card / KTA kepada orang yang gak jelas.
Diposting oleh dynkus di 16.57 0 komentar
Label: Realita
Minggu, 11 Oktober 2009
Rabu, 07 Oktober 2009
SOAL Pilihan Ganda
SOAL
1. Dibawah ini merupakan pelaku kegiatan ekonomi
1. Rumah Tangga Konsumsi
2. Rumah Tangga Produksi
3. Rumah Tangga Pemerintah
4. Masyarakat Luar Negeri
Pelaku kegiatan ekonomi dalam perekonomian tertutup ialah.............
a. 1 dan 2
b. 2 dan 3
c. 2 dan 4
d. 1, 2 dan 3
e. 2, 3 dan 4
2. Imbalan yang diterima rumah tangga konsumsi bila memberikan faktor produksi tenaga kerja adalah............
a. bunga
b. sewa
c. laba
d. upah
e. jasa
3. Tujuan kegiatan konsumsi adalah ..........
a. pemakaian barang dalam persediaan
b. memuasakan kebutuhan secara langsung
c. mempersiapkan barang untuk produksi berikutnya
d. memasukan faktor produksi dalam kegiatan proses barang
e. mempersiapkan barang agar siap digunakan untuk konsumsi
4. Semua tindakan berikut termasuk dalam kegiatan konsumsi, kecuali...............
a. duduk dikursi
b. menonton TV
c. menonton konser
d. menyewakan rumah
e. mengendarai mobil
5. KFC, jaringan produsen ayam goreng dari Amerika Serikat, mempunyai banyak cabang di Indonesia. Ini merupakan kerjasama ekonomi luar negeri dalam bentuk .......
a. pinjaman
b. bantuan
c. pertukaran tenaga kerja
d. subsidi
e. penanaman modal
6. Tarif pajak yang ditetapkan pemerintah merupakan wujud peranan pemerintah dalam perekonomian negara sebagai..............
a. pengatur
b. konsumen
c. produsen
d. agen
e. pemasok faktor produksi
7. Peranan rumah tangga produsen dalam perekonomian ialah.............
a. menyediakan faktor produksi
b. memberi subsidi
c. membeli tenaga kerja
d. memproduksi barang dan jasa
e. menjual barang hasi produksi
8. Jika Siti membeli bermacam-macam barang hingga semua barang ada pada nilai yang sama, maka tindakan Siti merupakan perwujudan dari teori ..............
a. Gossen I
b. Gossen II
c. David Ricardo
d. T R. Malthus
e. Adam Smith
9. Menurut cara memperolehnya, barang yang tidak termasuk barang ekonomi adalah ..........
a. udara dengan sinar matahari
b. beras dengan jagung
c. gula dan kopi
d. gula dengan jagung
e. jagung dengan kopi
10. Kelangkaan terjadi karena kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan ...........
a. jumlah barang dan jasa terbatas
b. harga barang dan jasa yang mahal
c. barang dan jasa ditempat tertentu
d. barang dan jasa melimpah
e. alat pemuas sulit ditemukan
Diposting oleh dynkus di 18.04 0 komentar
Label: Kump Latihan
Selasa, 06 Oktober 2009
10 Kebiasaan Kecil Pemicu Diabetes.
Makanan dan minuman yang dapat memicu diabetes.
Dalam hidup ini berlaku hukum "tabungan". Apa yang kita lakukan menjadi tabungan di masa mendatang. Apa yang kita tabung sedikit demi sedikit akan terasa hasilnya bertahun-tahun kemudian. Begitu pun dengan penyakit. Mulai dari segelas minuman favorit hingga suka menonton TV hingga larut. Siapa nyana kalau itu bisa meningkatkan risiko diabetes?1. Teh manisPenjelasannya sederhana. Tingginya asupan gula menyebabkan kadar gula darah melonjak tinggi. Belum risiko kelebihan kalori. Segelas teh manis kira-kira mengandung 250-300 kalori (tergantung kepekatan). Kebutuhan kalori wanita dewasa rata-rata adalah 1.900 kalori per hari (tergantung aktivitas). Dari teh manis saja kita sudah dapat 1.000-1.200 kalori. Belum ditambah tiga kali makan nasi beserta lauk pauk. Patut diduga kalau setiap hari kita kelebihan kalori. Ujungnya: obesitas dan diabetes.Pengganti: Air putih, teh tanpa gula, atau batasi konsumsi gula tidak lebih dari dua sendok teh sehari.2. GorenganKarena bentuknya kecil, satu gorengan tidak cukup buat kita. Padahal gorengan adalah salah satu faktor risiko tinggi pemicu penyakit degeneratif, seperti kardiovaskular, diabetes melitus, dan stroke. Penyebab utama penyakit kardiovaskular (PKV) adalah adanya penyumbatan pembuluh darah koroner, dengan salah satu faktor risiko utamanya adalah dislipidemia. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, LDL (kolesterol jahat) dan trigliserida, serta penurunan kadar HDL (kolesterol baik) dalam darah. Meningkatnya proporsi dislipidemia di masyarakat disebabkan kebiasaan mengonsumsi berbagai makanan rendah serat dan tinggi lemak, termasuk gorengan
Pengganti: Kacang Jepang, atau pie buah.
3. Suka ngemil
Kita mengira dengan membatasi makan siang atau malam bisa menghindarkan diri dari obesitas dan diabetes. Karena belum kenyang, perut diisi dengan sepotong atau dua potong camilan seperti biskuit dan keripik kentang. Padahal, biskuit, keripik kentang, dan kue-kue manis lainnya mengandung hidrat arang tinggi tanpa kandungan serta pangan yang memadai. Semua makanan itu digolongkan dalam makanan dengan glikemik indeks tinggi. Sementara itu, gula dan tepung yang terkandung di dalamnya mempunyai peranan dalam menaikkan kadar gula dalam darah.
Pengganti: Buah potong segar.
4. Kurang tidur.
Jika kualitas tidur tidak didapat, metabolisme jadi terganggu. Hasil riset para ahli dari University of Chicago mengungkapkan, kurang tidur selama 3 hari mengakibatkan kemampuan tubuh memproses glukosa menurun drastis. Artinya, risiko diabetes meningkat. Kurang tidur juga dapat merangsang sejenis hormon dalam darah yang memicu nafsu makan. Didorong rasa lapar, penderita gangguan tidur terpicu menyantap makanan berkalori tinggi yang membuat kadar gula darah naik.
Solusi: Tidur tidak kurang dari 6 jam sehari, atau sebaiknya 8 jam sehari.
5. Malas beraktivitas fisik
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, kasus diabetes di negara-negara Asia akan naik hingga 90 persen dalam 20 tahun ke depan. "Dalam 10 tahun belakangan, jumlah penderita diabetes di Hanoi, Vietnam, berlipat ganda. Sebabnya? Di kota ini, masyarakatnya lebih memilih naik motor dibanding bersepeda," kata Dr Gauden Galea, Penasihat WHO untuk Penyakit Tidak Menular di Kawasan Pasifik Barat.
Kesimpulannya, mereka yang sedikit aktivitas fisik memiliki risiko obesitas lebih tinggi dibanding mereka yang rajin bersepeda, jalan kaki, atau aktivitas lainnya.
Solusi: Bersepeda ke kantor.
6. Sering stres
Stres sama seperti banjir, harus dialirkan agar tidak terjadi banjir besar. Saat stres datang, tubuh akan meningkatkan produksi hormon epinephrine dan kortisol supaya gula darah naik dan ada cadangan energi untuk beraktivitas. Tubuh kita memang dirancang sedemikian rupa untuk maksud yang baik. Namun, kalau gula darah terus dipicu tinggi karena stres berkepanjangan tanpa jalan keluar, sama saja dengan bunuh diri pelan-pelan.
Solusi: Bicaralah pada orang yang dianggap bermasalah, atau ceritakan pada sahabat terdekat.
7. Kecanduan rokok
Sebuah penelitian di Amerika yang melibatkan 4.572 relawan pria dan wanita menemukan bahwa risiko perokok aktif terhadap diabetes naik sebesar 22 persen. Disebutkan pula bahwa naiknya risiko tidak cuma disebabkan oleh rokok, tetapi kombinasi berbagai gaya hidup tidak sehat, seperti pola makan dan olahraga.
Pengganti: Permen bebas gula. Cara yang lebih progresif adalah mengikuti hipnoterapi. Pilihlah ahli hipnoterapi yang sudah berpengalaman dan bersertifikat resmi.
8. Menggunakan pil kontrasepsi
Kebanyakan pil kontrasepsi terbuat dari kombinasi hormon estrogen dan progestin, atau progestin saja. Pil kombinasi sering menyebabkan perubahan kadar gula darah. Menurut dr Dyah Purnamasari S, Sp PD, dari Divisi Metabolik Endokrinologi RSCM, kerja hormon pil kontrasepsi berlawanan dengan kerja insulin. Karena kerja insulin dilawan, pankreas dipaksa bekerja lebih keras untuk memproduksi insulin. Jika terlalu lama dibiarkan, pankreas menjadi letih dan tidak berfungsi dengan baik.
Solusi: Batasi waktu penggunaan pil-pil hormonal, jangan lebih dari 5 tahun.
9. Takut kulit jadi hitam
Menurut jurnal Diabetes Care, wanita dengan asupan tinggi vitamin D dan kalsium berisiko paling rendah terkena diabetes tipe 2. Selain dari makanan, sumber vitamin D terbaik ada di sinar matahari. Dua puluh menit paparan sinar matahari pagi sudah mencukupi kebutuhan vitamin D selama tiga hari. Beberapa penelitian terbaru, di antaranya yang diterbitkan oleh American Journal of Epidemiology, menyebutkan bahwa vitamin D juga membantu keteraturan metabolisme tubuh, termasuk gula darah.
Solusi: Gunakan krim tabir surya sebelum "berjemur" di bawah sinar matahari pagi selama 10-15 menit.
10. Keranjingan soda
Dari penelitian yang dilakukan oleh The Nurses' Health Study II terhadap 51.603 wanita usia 22-44 tahun, ditemukan bahwa peningkatan konsumsi minuman bersoda membuat berat badan dan risiko diabetes melambung tinggi. Para peneliti mengatakan, kenaikan risiko itu terjadi karena kandungan pemanis yang ada dalam minuman bersoda. Selain itu, asupan kalori cair tidak membuat kita kenyang sehingga terdorong untuk minum lebih banyak.
Pengganti: Jus dingin tanpa gula.*
Diposting oleh dynkus di 21.59 0 komentar
Label: Artikel
Minggu, 04 Oktober 2009
Apakah Anda Kekasih Allah atau Pelacur?
Beberapa tahun yang lalu, saya mendapatkan kesempatan istimewa untuk mengajar di sebuah sekolah pelayanan. Para mahasiswa saya sangat lapar akan Tuhan, dan saya selalu mencari cara-cara untuk menantang mereka agar jatuh cinta kepada Tuhan Yesus lebih lagi dan menjadi suara kebangkitan dalam gereja. Saya menemukan suatu pernyataan yang berasal dari Pdt. Sam Pascoe. Pernyataan itu merupakan sejarah singkat kekristenan: “Kekristenan bermula di Palestina sebagai persekutuan, berpindah ke Yunani sebagai sebuah filsafat, berpindah ke Itali dan menjadi sebuah lembaga gereja, berpindah ke Eropa dadn menjadi sebuah kebudayaan Kristen, berpindah ke Amerika Serikat dan menjadi sebuah badan usaha." Beberapa mahasiswa baru berusia 18 atau 19 tahun, sudah cukup besar, dan saya ingin mereka mengerti dan menghargai bagian kalimat terakhir itu, sehingga untuk menegaskannya saya tambahkan, “Badan usaha. Itulah bisnis.”
Setelah beberapa saat Martha, mahasiswa paling muda di kelas itu, mengangkat tangannya. Saya tak dapat membayangkan apa yang akan ditanyakannya. Saya pikir gambaran yang saya berikan sudah cukup jelas, dan saya pikir saya telah berhasil membuat mereka jelas. Namun demikian, saya menanggapi keinginan Martha untuk bertanya, sehingga saya berkata, “Ya, Martha.” Dia bertanya sebuah pertanyaan yang sederhana, “Bisnis? Bukankah kekristenan seharusnya menjadi sebuah tubuh?” Saya tak dapat membayangkan kemana arah pertanyaan ini, dan jawaban yang dapat saya hanya pikirkan adalah, “Ya, benar.” Kemudian dia melanjutkan, “Tetapi ketika sebuah tubuh menjadi bisnis, bukankah hal itu merupakan pelacuran?”
Ruangan kelas itu menjadi sunyi senyap. Selama beberapa detik tak ada seorangpun yang bergerak atau berkata-kata. Kami semua terperangah, takut mengeluarkan suara karena kehadiran Allah telah melanda ruangan kelas, dan kami tahu bahwa kami sedang berdiri di tempat kudus. Segala yang dapat saya pikirkan dalam saat-saat kudus itu adalah, “Wow, andaikan saja saya berpikir demikian.” Saya tak berani mengungkapkan pemikiran itu terang-terangan. Allah telah mengambil alih ruangan kelas itu. Pertanyaan Martha telah mengubah kehidupan saya. Selama enam bulan, saya memikirkan pertanyaan Martha paling tidak sekali setiap hari. “Ketika sebuah tubuh menjadi bisnis, bukankah itu pelacuran?” Hanya ada satu jawaban bagi pertanyaannya. Jawabannya adalah “Ya.” Gereja-gereja di Amerika Serikat kebanyakan, yang sangat menyedihkan, telah dipenuhi jemaat yang tidak mengasihi Allah. Bagaimana kita mengasihi Dia? Kita bahkan tidak mengenal-Nya; dan yang saya maksud
adalah sungguh-sungguh mengenal Dia.
Apa yang saya maksud ketika saya katakan “sungguh-sungguh mengenal Dia?” Pengertian kita tentang mengenal dan mengetahui berasal dari kebudayaan Barat (yang berasal dari pemikiran filsafat Yunani kuno). Kita menganggap kita telah memperoleh pengetahuan (dan selanjutnya memperoleh hikmat) ketika kita telah berhasil mengumpulkan banyak informasi. Sekumpulan informasi bukanlah pengetahuan, khususnya menurut kebudayaan Alkitab (yang merupakan kebudayaan Timur, bukan Yunani). Dalam budaya Timur, semua pengetahuan diperoleh dari pengalaman, bukan dari pengumpulan informasi. Dalam budaya Yunani atau Barat, kita mendapatkan kesimpulan bukan hanya dari pengalaman, begitulah pola pemikiran kita. Sebuah contoh mungkin dapat menolong kita memahami hal ini. Marilah kita mengajukan sebuah pertanyaan berdasarkan dua pernyataan berikut: Pertama, gandum tidak tumbuh di daerah yang beriklim dingin dan kedua, Inggris mempunyai iklim dingin. Pertanyaannya adalah: Apakah
gandum tumbuh di Inggris? Kebanyakan orang dari kebudayaan Barat/Yunani akan menjawab, “Tidak. Jika gandum tidak tumbuh di daerah beriklim dingin dan Inggris memiliki iklim dingin, maka kesimpulannya gandum tidak tumbuh di Inggris. Di dalam budaya Timur, jawaban bagi pertanyaan yang sama, berdasarkan dua pernyataan yang sama, jawabannya mungkin akan seperti ini: “Tidak tahu. Saya belum pernah ke Inggris.” Kita mungkin akan menertawakan jawaban seperti itu, tetapi ketika saya mengajukan pertanyaan itu kepada teman-teman saya yang tinggal di Inggris, jawaban mereka adalah: “Ya, gandum tumbuh di Inggris. Kami berasal dari Inggris, dan kami tahu bahwa gandum tumbuh di sana.” Mereka mengabaikan cara berpikir Barat karena mereka telah mengalami apa yang mereka tahu. Pengalaman menghasilkan informasi ketika pengalaman menjadi pengetahuan.
Persoalan yang mirip timbul dalam konsep keyakinan kita. Kita katakan kita percaya sesuatu (atau seseorang) terlepas dari pengalaman pribadi kita. Pengertian percaya ini tidak kita berikan kepada pialang saham kita. Sekali lagi, izinkan saya menjelaskan. Anggaplah bahwa pialang saham saya menelpon saya dan berkata, “Saya punya nasihat paling hebat tentang suatu saham yang harganya akan naik tiga kali lipat dalam waktu seminggu. Saya harap Anda mau mentransfer $ 10.000 untuk membeli saham ini.” Bagi saya itu adalah jumlah uang yang besar, sehingga saya bertanya, “Apakah Anda benar-benar percaya bahwa harga saham ini akan naik tiga kali lipat, dan dalam waktu cepat?” Dia menjawab, “Saya yakin sekali.” Saya tanya lagi, “Wah, bagus sekali. Betapa menarik. Jadi, berapa banyak uang Anda sendiri yang sudah Anda investasikan pada saham yang akan naik tiga kali lipat dalam waktu seminggu ini?” Dia menjawab, “Tak ada.” Apakah pialang saya
benar-benar percaya tentang saham yang akan naik tiga kali lipat dalam waktu seminggu itu? Apakah dia sungguh-sungguh percaya? Saya pikir tidak, dan tiba-tiba saya tidak percaya juga. Bagaimana mungkin kita begitu teliti mengenai perkara-perkara di dunia ini, khususnya ketika berurusan dengan uang, dan kita begitu tidak peduli ketika berurusan dengan perkara-perkara rohani? Kenyataannya, kita tidak tahu atau tidak percaya tanpa kita mengalami. Alkitab ditulis bagi orang-orang yang tidak mungkin mengerti konsep pengetahuan, keyakinan, dan iman tanpa mengalaminya terlebih dahulu. Saya pikir Allah berpikir dengan cara demikian juga.
Jadi, saya tetap pada pendirian saya bahwa kebanyakan orang-orang Kristen di Amerika Serikat tidak mengenal Allah, dan kurang mengasihi Dia. Segala penyebab dari keadaan ini berasal dari cara kita datang kepada Allah. Kebanyakan di antara kita datang kepada Dia karena apa yang orang-orang katakan kepada kita apa yang akan Dia lakukan kepada kita. Kita dijanjikan bahwa Dia akan memberkati kita dalam kehidupan dan membawa kita ke sorga setelah kematian. Kita memilih Dia karena uang dan berkat yang dapat kita raih, tak peduli apakah Dia senang atau tidak, asalkan kita mendapatkan sesuatu dari Dia. Kita telah menyulap kerajaan Allah menjadi badan usaha, memperjual-belikan urapan-Nya. Sekali-kali janganlah hal ini terjadi! Kita telah diperintahkian untuk mengasihi Allah, dan kita dipanggil untuk menjadi Mempelai Kristus – itu adalah hubungan yang paling intim. Seharusnya kita menjadi kekasih-kekasih- Nya. Bagaimana kita mengasihi seseorang yang bahkan kita
tidak kenal? Dan meskipun kita mengenal seseorang, apakah ada jaminan bahwa kita sungguh-sungguh mengasihinya? Apakah kita ini kekasih-kekasih Allah atau para pelacur?
Saya terus merenungkan pertanyaan Martha di atas pada suatu hari, dan mulai merenungkan apa perbedaan antara kekasih dan pelacur? Saya menyadari bahwa keduanya memiliki banyak persamaan, tetapi seorang kekasih melakukan apa yang dia lakukan karena dia mengasihi. Seorang pelacur berpura-pura mengasihi, selama Anda mau membayarnya. Kemudian saya bertanya lagi, “Apa yang akan terjadi kalau Tuhan berhenti memberikan sesuatu kepada kita?”
Selama beberapa bulan berikutnya, saya mengizinkan Allah untuk menyelidiki diri saya agar mengungkapkan motif-motif saya dalam mengasihi dan melayani Dia. Apakah saya sungguh-sungguh seorang yang mengasihi Dia? Apa yang akan terjadi seandainya Dia berhenti memberkati saya? Bagaimana kalau Dia tidak melakukan sesuatu bagi saya? Apakah saya masih mengasihi Dia? Pahamilah, saya percaya akan janji-janji dan berkat-berkat dari Allah. Persoalannya di sini bukanlah apakah Allah memberkati anak-anak-Nya atau tidak; masalahnya di sini bagaimana kondisi hati kita. Apa alasannya saya melayani Dia? Apakah berkat-berkat- Nya yang saya terima dalam kehidupan ini merupakan kasih karunia dari seorang Bapa yang penuh kasih, atau merupakan ganjaran atau upah yang saya patut terima atau uang sogok untuk mengasihi Dia? Apakah saya mengasihi Allah tanpa syarat? Hal ini memerlukan waktu beberapa bulan untuk menjawab pertanyaan-pertanya an itu. Bahkan sekarangpun saya masih
menyelidiki apakah keinginan saya untuk mengasihi Allah selalu berpadanan dengan sikap dan tingkah laku saya. Saya sering mendapati diri saya kecewa terhadap Allah dan bahkan marah terhadap-Nya manakala Dia tidak memenuhi apa yang saya anggap saya butuhkan. Saya curiga hal ini adalah sesuatu yang belum saya selesaikan sungguh-sungguh, tetapi saya sungguh-sungguh ingin menjadi kekasih Allah yang sejati lebih dari apapun yang lain.
Jadi, kita ini akan menjadi apa? Apakah kita akan menjadi kekasih Allah atau pelacur? Tak ada pelacur di sorga, atau di kerajaan Allah, meskipun ada banyak bekas pelacur di kedua tempat itu. Meskipun kita bekas pelacur, kita harus menyadari bahwa tak ada pengganti bagi hubungan yang sangat intim dan tanpa syarat dengan Allah. Dan saya juga mengartikan tak ada pilihan bagi kita, selain menjadi kekasih Allah yang sejati. Kita harus memilih. Naskah dalam bahasa Inggris ditulis oleh David Ryser, email dikirim oleh sdr. pttwr, diterjemahkan oleh Hadi Kristadi untuk Pentas Kesaksian, http://pentas- kesaksian. blogspot. com pada tanggal 28 Juni 2009.
Best Regards,
Dominic K.
Diposting oleh dynkus di 17.18 0 komentar
Label: Kilas Balik
Kamis, 01 Oktober 2009
DILARANG MEMANCING** *
Alkisah ada sebuah legenda mengenai seorang pendeta di sebuah
paroki kecil di daerah Mildwestern yang sebagai seorang muda telah
melakukan apa yang menurutnya adalah sebuah dosa yang amat besar.
Sekalipun ia telah meminta pengampunan Tuhan, sepanjang
hidupnya ia menanggung beban dari dosanya itu.
Sekalipun ia telah menjadi seorang pendeta, ia tetap tidak dapat
dengan tuntas meyakini bahwa Tuhan telah mengampuninya.
Tetapi ia mendengar mengenai seorang wanita tua di jemaatnya
yang kadangkala mendapatkan penglihatan. Di saat mendapat
penglihatan tersebut, sang wanita seringkali saling berkata-kata
dengan Tuhan.
Suatu hari sang pendeta berhasil mendapat cukup keberanian untuk
mengunjungi wantia tersebut. Sang wanita, mempersilahkannya
masuk dan menyuguhkan secangkir teh. Pada akhir kunjungannya,
si pendeta menaruh cangkirnya di atas meja dan memandang pada
sang wanita.
"Benarkah kadangkala ibu mendapat penglihaatan?" tanyanya.
"Ya," ia menjawab.
"Apakah juga benar, bahwa saat penglihatan tersebut, ibu seringkali
berkata-kata dengan Tuhan?"
"Ya," jawabnya.
"Mmmm... jika anda mendapatkan penglihatan lagi dan berkata-kata
dengan Tuhan, maukah ibu tanyakan satu pertanyaan bagi saya?"
Sang wanita memandang sedikit heran pada si pendeta.
Belum pernah ia mendapat permintaan
seperti itu.
"Ya, dengan senang hati", jawabnya. "Apa yang bapak ingin saya
tanyakan?"
"Mmm..." sang pendeta memulai. "Tolong tanyakan pada Tuhan,
dosa apaakah yang pernah dilakukan pendetanya ini di masa
mudanya."
Sang wanita, benar-benar heran sekarang, tetapi segera saja setuju.
Beberapa minggupun berlalu, dan sang pendeta sekali lagi
mengunjungi wanita itu.
Setelah menikmati secangkir teh, dengan hati-hati dan malu-malu ia
bertanya, "Sudahkah ibu mendapatkan penglihatan baru-baru ini?"
"Oh ya, saya mendapatkannya," jawab sang wanita.
"Apakah anda saling berkata-kata dengan TUhan?"
"Ya"
"Apakah ibu bertanya kepada Tuhan dosa apakah yang pernah saya
lakukan di masa muda saya?"
"Ya," sang wanita menjawab, "saya menanyakan."
Sang pendeta gelisah dan takut, ragu-ragu sejenak dan kemudian
betanya, "Lalu, apa yang Tuhan katakan?"
Sang wanita mengangkat wajahnya dan memandang si pendeta dan
kemudian menjawab dengan lembut, "Tuhan mengatakan ia tidak
dapat lagi mengingatnya."
Tuhan tidak hanya mengampuni dosa, ia juga memilih
melupakannya. Alkitab menyatakan pada kita bahwa Ia mengambil
dosa-osa kita dan membenamkannya di bagian laut yang terdalam.
Dan kemudian, sebagaimana yang pernah dikatakan oleh
Corrie ten Boom, "sesudah itu ia memasang sebuah papan bertuliskan,
'Dilarang Memancing'.
Dari Warta Santo Matius.
Diposting oleh dynkus di 16.58 0 komentar
Label: Kilas Balik